05/12/2010

Tangisan Senja

     Hanya saya dan ibu dijalan berdebu ini. Kami tidak beralaskan kaki. Badan kami bau tanah, baju kami bau keringat. Mengapa cuma kami berdua disiang bolong begini. Mengapa kau tidak mau berbicara pada kami,gedung-gedung tinggi? Kenapa kau hanya melirik jijik pada kami, mobil hitam? Baiklah,biar saja kami berdua begini. Kami cuma bisa berjalan lagi, lagi, tambah jauh lagi. Hingga kami tak sanggup berdiri lagi. Kurebahkan kepalaku pada pundak ibuku. Matahari sore telah condong bergumul dengan awan. Aku lihat ibuku. Wajahnya lelah. Dia juga balas melihatku. Dia belai rambutku. Dia tahu aku menahan lapar. Aku pun tahu dia juga begitu. Tapi tak sepatah kata pun terlontar dari mulut kami. Aku eratkan pelukanku pada ibu. Hingga aku tak rasakan lagi laparku. Sesaat air turun dari langit yang sudah lama mendung. Sama seperti tiga hari lalu. Ketika rumah kami tenggelam oleh lumpur. Aku dan ibu hanya bisa pasrah meratapi nasib. Namun tak apa lah,aku sedikit terhibur. Karena disaat itu, senja pun ikut menangis bersama aku dan ibu.

1 comment:

  1. joooon ga salah deh keputusan lo bikin blog.. kegalauan lo sangat, amat, berkualitas.. hehehe :D

    ReplyDelete