06/12/2010

Belenggu Tangan Setan

      Aku selalu berdiri didepan cermin pagi-pagi. Ku pandangi seragam kebanggaanku. Seragam ini bersih dan penuh kebanggaan. Orang-orang melihat hormat pada pakaianku. Walau hanya seorang letnan satu,aku sungguh bangga pada diriku.
       Namun hari ini, kembali ku tanggalkan baju ini. Aku gantung dijendela belakang mobil jelek hasil jerih payahku. Aku memang hanya sanggup membeli mobil bobrok ini. Suzuki Carry tahun 1988. Lalu aku kenakan kaus gantiku. Aku ambil rantang nasi dari jok sebelah.Lalu cepat-cepat aku keluar dari mobil, kususuri sepanjang beranda tahanan perempuan ini. Pada jam segini,biasanya para tahanan sedang berada di sel masing-masing untuk istirahat. Butuh waktu 5 menit untuk sampai ke sel tujuanku. Sel ini terletak diujung beranda yang lembab. Sel ini sungguh sempit. Mungkin hanya berukuran dua kali satu setengah meter. Baunya apek tapi cukup bersih. Seperti hari-hari sebelumnya, perempuan tua itu sedang berdoa diatas dipan ketika aku datang. Dia lalu menyudahi doanya hanya untuk menyambutku. Lalu senyum tulus itu tersungging manis saat dia menyapaku. Lalu aku berikan rantang berisi sayur bayam dan nasi buatanku. Tapi mengapa aku selalu menangis setiap dia menerima pemberianku dengan senyum tulusnya? Entah air mata apa yang aku keluarkan. Aku sendiri tak pernah tahu.
       Dua bulan lalu,atasanku menelpon ketika aku sedang bertugas. Beliau memintaku menangkap pencuri didaerah perkotaan. Ketika aku sampai,kudapati perempuan tua ini sedang dimaki-maki oleh orang ber-jas hitam. Rupanya lelaki itu adalah orang terpandang di kota ini. Lelaki itu tidak rela kalau donat anaknya yang sudah jatuh itu dipungut oleh perempuan tua ini. Lelaki itu menyuruhku membawanya dan menyidangnya. Dipersidangan perempuan tua itu kalah atas tuduhan pencurian, dan dikenakan kurungan tahanan 3 bulan.
       Sampai saat ini aku selalu merasa bersalah pada perempuan itu. Aku tahu betul keadaanya dua bulan lalu. Dia kotor,bajunya compang-camping. Mengapa dulu aku sampai hati membawanya kepersidangan.. Ingin rasanya aku meronta pada pergumulan batin ini. Namun setiap aku menangis dihadapannya, perempuan itu selalu berkata, "lakukanlah kewajibanmu anak muda,ini semua bukan salahmu..". Air mataku semakin mengalir deras jika ingat perkataannya. Maafkan aku wahai perempuan tua. Aku tahu ini salahku. Andai saja waktu itu aku tidak takut pada kemiskinan,aku pasti tidak akan membawamu. Andai saja aku tidak takut tidak bisa menyekolahkan anak-anakku. Aku sungguh takut dipecat. Andai aku bisa melepaskan ini semua..
      Hanya ini yang bisa aku lakukan untukmu,perempuan tua. Bukan jaminan uang atau mobil bagus, membiayai kehidupanku pun aku masih sulit. aku hanya ingin membuatmu kenyang dengan masakanku. Aku hanya ingin kau tahu,bahwa masih ada orang yang peduli kepadamu. Maafkanlah aku,perempuan tua. Maafkan aku.

No comments:

Post a Comment